Pages

Minggu, 28 Maret 2010

when love becomes a true love

Kira-kira 2 tahun yang lalu.. ketika saya berkunjung ke Gua Maria Pohsarang Kediri, saya dan teman saya bertemu dengan seorang kakek tua kira2 berusia 70an..(sebut saja dengan ‘pak Kris’).

Kami bertemu dengan sangat kebetulan, saat itu setelah saya lelah berkeliling di sekitar kompleks, tiba2 saya tertarik untuk mendekati sebuah bangunan tinggi dengan kotak-kotak kecil lengkap dengan foto dan bunga. Usut punya usut ternyata bangunan tersebut adalah semacam tempat penyimpanan abu. Pak Kris sedang bersih-bersih disekitar kompleks pemakaman tersebut ketika saya sedang asyik mengamati bangunan tersebut, tak lama kemudian bapak tersebut berkata “mbak, boleh loh pesen tempat di disini” saya hanya tersenyum menanggapinya, namun pertanyaanya tadi cukup menarik perhatian saya untuk mendekatinya. Akhirnya kami bertiga terlibat pembicaraan yang cukup seru di kompleks pemakaman tersebut dan Pak Kris mulai menceritakan riwayat kehidupannya. Pak kris berasal dari dari Jakarta dan menyewa rumah kontrakan di sekitar kompleks Goa Maria Pohsarang. lalu kenapa dia bisa sampai kesini? This is his story…..

Pak Kris memiliki istri yang sangat dicintainya dan seorang anak yang sudah berkeluarga yang saat ini tinggal di Surabaya. Pak Kris dan Istrinya tinggal di Jakarta seorang diri jauh dari anak dan cucunya. Ia memang sangat mencintai istrinya dari semasa muda hingga tua, mereka melakukan segala sesuatu berdua, pergi kemanapun juga berdua, sampai mandipun berdua. Saya jadi inget pesen dari pak kris "kalo sudah punya suami biasakan mandi bareng mbak karena dari situ akan muncul chemistry saling memiliki antar suami dan istri (entah maksudnya apa saya cuma menjawab iya he he he). Let's back to the topic...

Pada suatu ketika istrinya mengeluh sakit di bagian perut (kalo ga salah ingat neh) kemudian setelah diperiksakan ke rumah sakit, istrinya didiagnosa menderita semacam kanker di bagian perutnya. Kemudian mulailah segala perawatan yang diusahakan bagi kesembuhan istrinya, mulai dari pengobatan tradisional ke sinse2 sampai pengobatan modern seperti kemoterapi yang tentu saja mahal dan mengakibatkan berbagai efek samping. Setelah berbagai usaha penyembuhan yang telah dilakukan tidak membuat istrinya semakin membaik, Pak Kris tidak menjadi putus asa namun beliau tetap setia merawat istrinya dengan kedua tangannya sendiri. Beliau tidak pernah menyerahkan tugas memandikan dan merawat istrinya, baik kepada perawat sekalipun. Beliau melakukan segala sesuatunya sendiri. Semakin hari keadaan sang istri semakin memburuk sampai ada seorang kerabat yang menyarankan agar istrinya dibawa ke Surabaya untuk mendapat pertolongan lebih intensif lagi. Alhasil setelah sampai di Surabaya dan telah melalui berbagai pemeriksaan lab di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya beliau mendapatkan hasil yang mengejutkan. Pemeriksaan lab dilakukan dari awal karena pihak rumah sakit dimana sang istri dirawat sebelumnya menolak dan berbelit-belit memberikan "medical record-nya". Dari hasil pemerikasaan lab terbaru dikatakan bahwa istrinya tidak pernah mengidap kanker, benjolan yang ada di perutnya dahulu bukanlah kanker, istilah pendek dan kerennya telah terjadi malpraktek. Namun apa mau dikata 'nasi telah menjadi bubur' segala pengobatan kanker telah merusak beberapa jaringan dan saraf dari istrinya. Setelah istrinya dirawat berbulan bulan di Surabaya dengan dukungan dan perawatan sepenuhnya dari pak kris dan keluarga, akhirnya nyawa sang istri tak tertolong. Sebelum meninggal istrinya sempat berpesan pada beliau. jika Pak Kris nanti telah hidup sendiri biarlah pak kris tinggal bersama anak dan cucunya di Surabaya, namun jikalau tidak bisa hidup bersama cucu dan anak maka biarlah pak kris hidup sendirian saja.

Singkat cerita istrinya akhirnya di panggil Tuhan, sesuai dengan permintaan sang istri, abu sang istrinya disimpan di kompleks pemakaman di Goa Pohsarang Kediri. Setelah satu bulan tinggal bersama anak dan cucunya, Pak Kris merasa hatinya tidak tenang meninggalkan istrinya sendirian. Akhirnya beliau memilih untuk menyewa sebuah rumah kecil di daerah kompleks Goa Pohsarang, agar bisa selalu dekat dengan istrinya. Anak dan cucunya pun tidak keberatan dengan pilihan hidup pak Kris. Walaupun Pak Kris telah menyewa sebuah rumah namun setiap hari dia memilih tidur di dekat tempat penyimpanan abu istrinya, katanya dia tidak bisa tidur kalo tidak di dekat istrinya. Dia tidur hanya beralaskan dengan kardus2 (bisa dibilang sleeping bag ga ya?) dengan tubuh serenta itu, dia memilih tidur di tempat tersebut dari pada tidur di tempat yang nyaman dekat dengan cucu dan anaknya atau di rumah kontrakannya. Kata beliau hatinya akan tenang jika dia tidur di tempat ini di dekat abu istrinya. Sambil mengamati tempat penyimpanan abu tersebut, saya mendapati tepat satu kotak disebelah tempat abu istrinya masih kosong dan sepertinya sudah dipesan oleh seseorang, dan ternyata tempat tersebut telah dipesan oleh pak Kris sendiri yang kelak digunakan jika dia telah tiada. Beliau juga sering menceritakan tentang istri yang sangat dicintainya ini kepada orang2 yang datang ke tempat tersebut.

Saya dan teman saya terharu juga mendengar cerita dari pak Kris ini… ck ck ck ck ternyata masih ada juga orang seperti ini... salut buat kesetiaan n cintanya pak..

salam hangat dari saya untuk beliau :)

1 komentar:

haikalajadeh mengatakan...

WOW..Pak kris merupakan Pria setia tulus mencintai istrinya.
Gila, sangar.. gw baru tau masih ada orang kek gitu..
di infotainment2 nikah lagi, poligami, cerai kawin lagi. nyari baru lagi..dll..
Kasian ibu kris, diagnosa kanker yg dari awal itu harus bertanggung jawab. karena sudah merusak krn kena efek kemo.

Nice write chu

Posting Komentar